Kisah sunan kalijaga menjadi perampok sampai tobat - Nama asli Sunan Kalijaga adalah Raden Syahid, dalam riwayat yang lain ada yang menyebutnya Raden Said. Dia adalah putra Tumenggung Wilatikta yang menjabat sebagai Bupati Tuban. Tumenggung Wilatikta ini masih keturunan Adipati Ronggolowe, teman seperjuangan Raden wijaya ketika mendirikan Kerajaan Majapahit. Jadi, keturunan Raden Syahid bermula dari Adipati Ronggolawe berputra Aria Teja l, berputra Aria Teja II, berputra Aria Teja lll, berputra Aria Teja lV, berputra Raden Tumenggung Wilatikta, kemudian berputra Raden Syahid atau Raden Sa'id
Konon, satu-satunya keturunan Ranggalawe yang masuk lslam hanyalah Raden Tumenggung Wilatikta (Adipati Tuban) ayah Raden Syahid. Semenjak kecil, Raden Syahid menunjukkan kecakapannya dalam berfikir dan berbuat sesuatu demi kepentingan orang banyak. Sementara ayah Raden Syahid, pada mulanya seorang pemeluk agama Buddha. Sesuai dengan agama kerajaan pada masa itu. Tetapi setelah agama lslam masuk, ia beralih memeluk agama lslam, kemudian memberikan ajaran lslam kepada putra-putranya termasuk kepada Raden Syahid.
Sejak kanak-kanak Raden Syahid telah dianggap sebagai anak seorang Bupati tidak boleh tidak diperbolehkan keluar dari lstana dan bersahabat dengan rakyat jelata. Anak seorang Bupati paling tidak harus bergaul dengan anak pembesar kerajaan. Semua peraturan tersebut banyak yang dilanggar oleh Raden Syahid, karena bertentangan dengan isi hatinya. la berpendapat bahwa setiap orang memiliki hak yang sama dan dimata Tuhan derajat manusia itu juga sama, miskin atau kaya sama-sama makhluk tuhan, karena itu patut dihargai dan saling menghargai antar sesama.
Demikianlah asal usul dan budi pekerti Raden Syahid yang tertanam semenjak dia masih kanak-kanak, dan budi baiknya itu tetap dibawanya sampai dia berusia dewasa. Sebelum menjadi salah satu walisongo, sunan Kalijaga pernah menjadi seorang perampok. Keadaan rakyat Tuban yang saat itu memprihatinkan terpaksa membuat Raden Syahid (Sunan Kalijaga) untuk merampok demi kepentingan rakyat. Akan tetapi, pada akhirnya Raden Syahid berhenti merampok dan berguru kepada sunan bonang untuk. Adapun kisah lengkap tentang sunan kalijaga yang pernah menjadi perampok dan berguru kepada sunan bonang, berikut ini kisah lengkapnya.
1. Situasi Daerah Tuban dan Sekitarnya Mendorong Sunan Kalijaga Merampok
Ketika Raden Syahid menginjak umur dewasa, beliau mengerti maksud orang tuanya melarang dirinya keluar dari Kadipaten. Sebab dengan berdiam diri di Kadipaten maka ia tidak dapat melihat berbagai kepincangan hidup dan penderitaan rakyat. Padahal daerah Tuban dan sekitarnya pada saat itu di bawah kekuasaan Majapahit, sementara Majapahit sendiri pada waktu mengalami penurunan yang drastis, banyak rakylat yang menderita, Namun keadaan seperti ini tidak memperoleh perhatian yang serius dari para penguasa, bahkan mereka semakin memperberat rakyayt dengan kewajiban membayar pajak.
Pada suatu hari Raden Syahid melihat searang laki-laki tua sedang memakan pucuk daun pisang. Melihat itu, Raden Syahid menghentikan langkahnya dan menghampiri leki-laki tua itu seraya bertanya, “Apa yang bapak lakukan? Mengapa bapak makan daun daunan?”
Laki-laki tua itu berhenti sejenak, dipandanginya Raden Syahid dengan mata nanar. "Mengapa bapak rnemandangiku, jawablah pertanyaanku". tanya Raden Sy'ahid sekali lagi.
Orang tua tersebut tidak menjawab pertanyaan Raden Syahid, namun Raden Syahid tidak marah kepadanya, diulanginya sekali lagi pertanyaannya : "Mengapa bapak makan daun daunan ?". Orang tua tersebutpun dengan gemetar menjawab "Jika aku adalah seorang yang kaya dan tidak kelaparan sepertimu, tak mungkin aku makan daun daunan ini".
Setelah berkata begitu, orang tua itupun ambruk ke tanah. Sementara Raden Syahid terkejut lalu menghampirinya tetapi apa yang terjadi, orang tua tidak berkutik lagi. Dia telah mati karena kelaparan.
Begitulah Raden Syahid, beliau sangat perhatian dengan keadaan yang menimpa rakyatnya, berulangkali ia menemui kejadian seperti itu yang membuat mata beliau mengeluarkan air mata, ia selalu membantu orang yang membutuhkan apalagi pada saat itu Kadipaten Tuban dalam keadaan gersang dan tandus karena kekeringan.
Setibanya di rumah beliau menceritakan kejadian yang dialaminya pada ibunya, namun ibunya tidak peduli dengan kenyataan itu bahkan marah kepada Raden Syahid seraya berkata "Apa urusanmu dengan mereka ? ltu bukan urusanmu I" "Maaf bu, aku senang melihat-lihat keadaan rakyat di desa-desa yang mengalami penderitaan. Tidak bolehkah aku melihat keadaan rakyat ayahku?". tanya Raden Syahid. Mendengar jawaban Raden Syahid ibunya menjadi marah seraya berkata : "Kau mau mengajari orang tua ? semua kebijakan ayahmu adalah baik. Siapapun tidak boleh menentangnya. "Baik menurut ayah, belum tentu baik menurut rakyat" jawab Raden Syahid lancang kamu, kulaporkan kamu kepada ayahmu". bentak ibunya dengan nada marah danmuka merah padam. Kemudian ibunya melaporkan perkataan Raden Syahid kepada ayah Raden Syahid, maka pada waktu juga Raden Syahid dipanggil menghadap.
"Duduklah Syahid !" ujar ayahnya dengan wajah muram
"Ada perlu apa ayah memanggilku?". tanya Raden Syahid dengan sopan
"Aku sudah mendengar semuanya dari ibumu". ujar ayahnya tanpa ragu.
“Tentang apa ayah?”, tanya Raden Syahid kalem
"Tentang keadaan rakyat Tuban ini". jawab ayahnya
"Benar ayah, aku telah melihat sendiri, rakyat ayah yang menderita kelaparan. Bukankah ayah selaku penguasa di Tuban ini yang menjadi tanggung jawab
bagi mereka?" tanya Raden Syahid.
"Diam !", bentak ayahnya dengan keras.
Dengan tenang Raden syahid berkata "Ma'afkan atas kelancanganku ayah".
“Kuperingatkan! Jangan sekali-kali kamu berkata begitu lagi, kali ini kuampuni kau", ujar ayahnya.
Tentunya kamu tahu bukan, kedudukanku ini hanyalah sebagai Adipati yang berada di bawah kekuasaan Raja Majapahit. Kebijakan yang ayah jalankan selama ini atas perintah Raja. Ayah tidak bisa mengambil kebijakan yang bertentangan dengan apa yang telah ditentukan oleh kerajaan. Dan kali ini kamu kuperingatkan, jangan keluar dari Kadipaten untuk melihat keadaan desa-desa di sekitar daerah Tuban ini", ujar ayah Baden Syahid meyakinkan.
Mendengar penuturan ayahnya itu Raden syahid terdiam. Namun dalam hatinya ia menentang pendapat ayahnya yang bertindak masa bodoh terhadap rakyat. Jika kebijakan ayah begitu, lantas apa artinya dia sebagai Adipati ? dan yang paling memprihatinkan adalah nasib para petani yang setiap tahunnya diberi kewajiban membayar upeti yang begitu besar dari kerajaan maupun kadipaten, namun kadipaten atau kerajaan sendiri tidak memperdulikan neisib mereka.
Demikianlah hal-hal yang selalu menghantui pikiran Raden Syahid yaitu suasana penderitaan Rakyat Tuban di bawah kekuasaan ayahnya.
2. Kisah Raden Syahid (Sunan Kalijaga) Merampok
Saking tidak kuatnya Raden Syahid melihat penderitaan rakyat dari bahaya kelaparan yang mencekam. Sementara para penguasa enak-enak tenang. Tuan-tuan tanah dan orang kaya enak-enak menikmati kekayaannya. Tidak memperdulikan nasib fakir miskin dan rakyat jelata yang mati kelaparan. Akhirnya Raden Syahid yang masih berjiwa bersih itu memberanikan diri untuk setiap malam hari mengambil padi, jagung serta bahan makanan lainnya di gudang kadipatan dan diberikan kepada fakir miskin yang membutuhkan, beliau melakukan aksi ini dengan menggunakan penutup (semacam
topeng) sehingga tidak ada seorang pun yang mengenalinya.
Tetapi perbuatan Raden Syahid itu tidak berlangsung lama. Salah seorang punggawa Kadipaten telah memergokinya dan melaporkan pada ayahnya. Beliau sangat marah begitu tahu bahwa pencuri yang selama ini berkeliaran adalah putranya sendiri. Raden Syahid dihukum oleh ayahnya dengan hukuman yang sangat berat.
Setelah menerima hukuman, Haden Syahid tidak kapok. Malah semakin menjadi-jadi. Tetapi kali ini beliau tidak mengambii bahan-bahan makanan yang berada dikadipaten tetapi ia mengambil dari para saudagar dan pedagang kaya, tuan tanah yang suka memeras rakyat miskin. Harta hasil rampokan tersebut diberikan kepada rakyat miskin yang sering dilanda kelaparan. Namun hal ini tidak bisa berlangung lama. Sebab, ada perampok lain yang menggunakan kesempatan ini. Perampok itu menyamar seperti Raden Syahid. Pakaian dan topenenya persis dengan apa yang dipakai Raden Syahid ketika melakukan aksinya.
Sudah barang tentu perampok yang menyamar Raden Syahid itu tidak membagi-bagikan hasil rampokannya kepada fakir miskin, melainkan dinikmatinya sendiri bersama anak buahnya. Bahkan kadangkala memperkosa wanita-wanita yang dijumpainya.
Alkisah, Suatu ketika Raden Syahid memergoki sebuah rumah penduduk yang dijarah perampok. Penghuni rumah itu menjerit histeris meminta tolong, Raden Syahid segera memakai topeng dan masuk untuk memberi pertolongan. Tapi apa yang terjadi, perampok itu kabur. Sementara tangan Raden Syahid dipegang erat-erat oleh si penghuni rumah karena mengira perampok itu adalah Raden Syahid seraya menjerit rneminta tolong kepada penduduk. Raden Syahid terjebak, beramai-ramai penduduk kampung menangkap Raden Syahid dan dibawanya ke Balai Desa. Kepala Desa segera ingin tahu, lalu dibukanya topeng itu, namun betapa kagetnya sang Kepala Desa setelah rnengetahui bahwa perampok itu adalah Raden Syahid putra Adipati Tuban sendiri.
Karuan saja sang Adipati sangat marah, setelah mendengar bahwa Raden Syahid merampok dan memperkosa. lbunya sendiri yang biasanya selalu membela Raden Syahid tiap ada persoalan dengan ayahnya. Kini marahnya bukan kepalang ketika meiihat Raden Syahid datang, spontan ia berkata : "Pergi kamu dari sini! Jangan coba-coba kau injakkan kakimu di Kadipaten ini. Aku tidak sudi mempunyai anak sepertimu, bikin malu orang tua !",
Sejak peristiwa itu terjadi, nama Raden Syahid dan orang tuanya selaku Adipati tercoreng. Di sana-sini penduduk membicarakan masalah Raden Syahid yang suka merampok dan memperkosa. Di mana Raden Syahid bermaksud menolong para penduduk yang menderita, tapi akhirnya malah dia dituduh sebagai pembunuh dan perusak pagar ayu. Karena kehadirannya tidak lagi di terima, Raden syahid pergi meninggalkan kadipaten Tuban dan pergi jauh meninggalkan wilayah kadipaten, beiiau mengembara tanpa tujuan yang jelas.
4. Taubatnya Raden Syahid (Sunan Kalijaga) dalam Merampok
Selama bertahun-tahun, Raden Syahid mengembara hingga sampai di sebuah hutan bernama Jiatiwangi. Di hutan itulah Raden syahid membegal dan rnerampok para pedagang kaya yang melawati hutan itu. Dan hasil rampokannya kembali dibagi-bagikan kepada fakir miskin. Raden syahid dikenal dengan sebutan Lokijaya Alkisah, pada suatu hari ada seorang laki berjubah berjalan melewati hutan tersebut. Ditempat itu pula laki-laki tersebut dicegat oleh Raden Syahid.
Hendak kemana engkau kisanak ?". tanya Raden Syahid serava memandang gagang tongkat yang dibawa orang berjubah itu.
Mau ke suatu tempat, jawab orang berjubah kalem.
Raden syahid tertarik gagang tongkat orang berjubah itu karena berkilauan laksana emas. la bermaksud merebut tongkat tersebut dari tangan orang berjubah itu.
Melihat langkah kisanak yang begitu gesit, tanpa tongkat pun kisanak mampu berjalan". ujar Raden Syahid
"Anak muda, Tongkat itu adalah pegangan, bukan sekedar untuk berjalan ". ujar orang berjubah.
"Nisbatnya orang hidup atau berjalan haruslah punya pegangan agar tidak tersesat jaian ". Sambung orang berjubah itu.
"Coba aku lihat tongkat kisanak". kata Raden Syahid tidak serantan
"Mulanya ingin melihat, tapi pada akhirnya ingin memiliki itu tak baik anak muda sama dengan merampok". ujar orang berjubah itu lagi. Tanpa menunggu lebih lama, direbutnya tongkat itu oleh Raden Syahid, sehingga laki-laki berjubah itu pun jatuh tersungkur.
Dari wajahnya tampak rasa sedih yang mendalam, dari matanya terlihat tetesan air mata. Anehnya, setelah tongkat itu berpindah tangan, secara tiba-tiba tongkat itu berubah seperti tongkat kayu biasa, tidak berkilau seperti tadi. Sementara laki-laki berjubah tersebut berusaha untuk bangkit.
Melihat perubahan tongkat tersebut ia segera mengembalikan tongkat itu kepada laki-laki berjubah sambil berkata : "Jangan bersedih dan menangis kisanak, Nih aku kembalikan tongkatmu". Aku tidak bersedih dan menangis karena tongkat yang kau rebut, tapi aku bersedih dan menangis karena melihat seorang pemuda yang kuat menendang seorang laki-laki yang lebih tua, hanya karena memperebutkan tongkat kayu yang tidak berharga ini". sahud laki-laki berjubah
"Kisanak, sebenarnya yang kuinginkan adalah harta benda"' kata Raden Syahid.
"Buat apa?". tanya orang berjubah. Akan kuberikan kepada fakir miskin yang menderita". jawab Raden Syahid.
Sungguh mulia niatmu anak muda, namun sayang cara yang kamu pergunakan sangat keliru ". ujar lelaki berjubah menasehati.
"Apa maksud kisanak ?". tanya Raden Syahid'
"sesungguhnya Allah itu baik, suka kepada yang baik dan hanya menerima amal baik dari yang baik pula". jawab orang berjubah menjelaskan.
Mendengar ucapan orang berjubah itu, Raden syahid jadi tercengang.
"Jadi jelasnya". sambung orang berjubah.
"Tuhan tidak menerima sedekah dari barang yang didapat secara haram, karena itu, sia-sialah sedekah yang kau berikan dari hasil merampok selama ini. Jika engkau menginginkan harta. Ambillah itu! itu harta halal. Sambil berkata begitu, orang berjubah mengisyaratkan tongkatnya pada sebuah pohon aren. Dengan idzin Allah seketika pohon, buah, daun, dahan dan rantingnya semua menjadi emas yang berkilauan.
Raden Syahid mengira bahwa kejadian itu adalah sihir maka dikerahkanlah ilmunya untuk menanggulangi sihir orang berjubah, namun hasilnya sia-sia. ternyata orang yang berjubah tidak menggunakan ilmu sihir. Tanpa menunggu kesempatan, Raden Syahid langsung saja memanjat pohon itu untuk mengambil beberapa buahnya. Tapi apa yang terjadi, sebelum memetik buah itu Raden Syahid terjatuh dan pingsan.
Setelah Raden Syahid sadar, pohon aren itu kembali berubah menjadi pohon aren seperti semula, begitu pula buahnya yang jatuh berwarna hijau sebagaimana biasa. Dari kejadian itu Raden Syahid menyadari bahwa laki-laki tua yang dihadapi bukanlah orang sembarangan.
Ketika Raden Syahid sedang mengamati keanehan-keanehan itu, orang berjubah itu pergi, Raden Syahid segera mengejarnya serta mengikuti jejaknya karena ia beniat berguru pada laki-laki tersebut.
Sesampainya di pinggir kali, Raden Syahid berhasil menyusul orang berjubah itu dengan nafas yang ngos-ngosan.
"Ada apa kau menyusulku anak muda?". tanya laki-laki berjubah itu.
"Aku ingin sekali menjadi muridmu, kisanak" pinta Raden Syahid pada laki-laki berjubah itu dengan kepala tertunduk. Demikianlah, berkat ketinggian ilmu orang berjubah yang membuat Raden Syahid ingin sekali menjadi muridnya dan berjanji sanggup meninggalkan perbuatannya yang keliru.
Orang berjubah tersebut adalah sunan bonang, beliau mau menerima Raden Syahid untuk menjadi muridnya akan tetapi Raden Syahid harus diuji terlebih dahulu. Ujian yang diberikan Sunan bonang kepada Raden Syahid adalah menjaga tongkat yang ditancapkan oleh sunan bonang ditepi sungai (kali).
Demikianlah kisah singkat tentang sunan kalijaga yang pernah menjadi perampok, mulai dari penyebab sunan kalijaga merampok sampai pada taubatnya sunan kalijaga menjadi perampok dan berguru kepada sunan bonang.
Post a Comment
Post a Comment