-->

Ad Unit (Iklan) BIG

Pengertian, Jenis, Penyebab dan Tahapan Homoseksual

Post a Comment

Apa itu Homoseksual? 

 Homoseksual adalah ketertarikan seksual berupa disorientasi pasangan seksualnya Pengertian, Jenis, Penyebab dan Tahapan Homoseksual
Homoseksual
Homoseksual adalah ketertarikan seksual berupa disorientasi pasangan seksualnya, yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan perilaku seksual dengan sesama jenis. Disebut gay bila penderitanya laki-laki dan lesbian untuk penderita perempuan (Nietzel dkk, 1998:489).

Homoseksual diartikan sebagai orang yang mengalami ketertarikan emosional, romantik, seksual atau rasa sayang terhadap sejenis. Secara sosiologis, homoseksual merupakan seseorang yang cenderung mengutamakan orang sejenis kelaminnya sebagai mitra seksual (Soekanto,1990:381).

Menurut PPDGJ II (Depkes RI, 1983), homoseksual adalah makna rasa ketertarikan perasaan (kasih sayang, hubungan perasaan dan atau secara erotik), baik secara eksklusif terhadap orang-orang yang berjenis kelamin sama, dengan atau tanpa hubungan fisik. Dalam pengertian yang disusun oleh para ahli kedokteran dan psikologi tersebut memaknai homoseksual bukan sebagai perilaku seksual semata, akan tetapi juga melibatkan adanya unsur emosi dan perasaan.

Istilah homoseksual pertama kali ditemukan pada tahun 1869 dalam sebuah pamflet di Jerman, hasil dari tulisan seorang novelis Karl-Maria Kertbeny, berisi perdebatan melawan hukum anti-sodomi Prusia. Pada tahun 1879, Gustav Jager menggunakan istilah Kertbeny dalam bukunya Discovery of The Soul untuk menyebut homoseksual. Sedangkan pada tahun 1886, istilah homoseksual dan heteroseksual disebut dalam buku Psychopathia Sexualis karangan Richard Von Krafft-Ebing.

Jenis-jenis Homoseksual 

Berdasarkan psikiatri (aspek kesehatan jiwa), homoseksual dibagi menjadi dua jenis, yaitu (Santoso, 1988):

a. Homoseksual Ego Sintonik 

Seorang homoseksual ego sintonik adalah homoseksual yang tidak merasa terganggu oleh orientasi seksualnya, tidak ada konflik bawah sadar yang ditimbulkan, serta tidak ada desakan, dorongan atau keinginan untuk mengubah orientasi seksualnya.

b. Homoseksual Ego Distonik 

Homoseksual ego distonik adalah homoseksual yang mengeluh dan merasa terganggu akibat konflik psikis. Ia senantiasa tidak atau sedikit sekali terangsang oleh lawan jenis. Hal itu menghambatnya untuk memulai dan mempertahankan hubungan heteroseksual yang sebetulnya didambakan. Secara terus terang Ia menyatakan dorongan homoseksualnya menyebabkan Ia merasa tidak disukai, cemas dan sedih. Konflik psikis tersebut menyebabkan perasaan bersalah, kesepian, malu, cemas dan depresi.

Berdasarkan perilaku yang diperlihatkan, homoseksual dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu (Coleman dkk, 1980):
  1. Homoseksual tulen. Jenis ini memenuhi gambaran stereotipik populer tentang lelaki yang keperempuan-perempuanan, atau sebaliknya perempuan yang kelaki-lakian. Bagi penderita yang memiliki kecenderungan homoseksual ini, daya tarik lawan jenis sama sekali tidak membuatnya terangsang, bahkan ia sama sekali tidak mempunyai minat seksual terhadap lawan jenisnya. 
  2. Homoseksual malu-malu. Yaitu kaum lelaki yang suka mendatangi wc-wc umum atau tempat-tempat mandi uap, terdorong oleh hasrat homoseksual namun tidak mampu dan tidak berani menjalin hubungan personal yang cukup intim dengan orang lain untuk mempraktikkan homoseksualitas.
  3. Homoseksual tersembunyi. Kelompok ini biasanya berasal dari kelas menengah dan memiliki status sosial yang mereka rasa perlu dilindungi dengan cara menyembunyikan homoseksulitas mereka. Homoseksualitas mereka biasanya hanya diketahui oleh sahabat-sahabat karib, kekasih mereka, atau orang lain tertentu yang jumlahnya sangat terbatas.
  4. Homoseksual situasional. Homoseksualitas jenis ini terjadi pada penderita hanya pada situasi yang mendesak dimana kemungkinan tidak mendapatkan partner lain jenis, sehingga tingkah lakunya timbul sebagai usaha menyalurkan dorongan seksualnya.
  5. Biseksual. Yaitu orang-orang yang mempraktikkan baik homoseksualitas maupun heteroseksualitas sekaligus. Penderita homoseksualitas ini dapat mencapai kepuasan erotis optimal baik dengan sama jenis maupun dengan lawan jenis. 
  6. Homoseksual mapan. Sebagian besar kaum homoseksual menerima homoseksualitas mereka, memenuhi aneka peran kemasyarakatan secara bertanggung jawab, dan mengikat diri dengan komunitas homoseksual setempat. 

Faktor Penyebab Homoseksual 

Menurut Kartono (1998:248), terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya homoseksual, yaitu:
  1. Faktor herediter, berupa ketidakseimbangan hormon-hormon seks. Contohnya seperti cairan dan kelenjar endokrin pada fase-fase pertumbuhan yang kritis dapat mempengaruhi arah dari dorongan-dorongan seksual dan tingkah laku. 
  2. Pengaruh lingkungan yang tidak baik atau tidak menguntungkan bagi perkembangan kematangan seksual yang normal. Contohnya seperti individu yang besar di lingkungan yang terdiri dari para homoseksual yang melakukan prostitusi yang selanjutnya memberikan contoh yang tidak baik bagi perkembangan individu. 
  3. Seseorang selalu mencari kepuasan relasi homoseksual karena pernah menghayati pengalaman homoseksual yang menggairahkan pada masa remaja. Contohnya seperti laki-laki yang semasa remaja sudah pernah berhubungan seksual dengan laki-laki dan mengalami kepuasan yang sama halnya seperti berhubungan seksual dengan perempuan sehingga membuat individu tersebut selalu mencari kepuasan yang sama dengan relasi homoseksual. 
  4. Seorang anak laki-laki pernah mengalami pengalaman traumatis dengan ibu, sehingga timbul kebencian atau antipati terhadap ibu dan berdampak kepada semua wanita. Individu yang mengalami trauma dengan ibu tersebut kemudian memunculkan dorongan menjadi homoseksual yang permanen.

Tahapan Pembentukan Homoseksual 

Menurut Troiden (Siahaan, 2009:51), terdapat tiga tahapan proses pengakuan atau pembentukan homeseksual, yaitu:
  1. Sensitization, tahapan ini seseorang menyadari bahwa dia berbeda dari laki-laki lain.
  2. Dissaciation dan Signification, tahapan ini menggambarkan terpisahnya perasaan seksual seseorang dan menyadari orientasi dan perilaku seksualnya. Di sinilah seseorang mendapat pengalaman hiburan seksualnya dari laki-laki, tetapi mungkin gagal menunjukkan perasaannya atau mencoba untuk mengingkarinya. 
  3. Coming Out (pengakuan), tahap ini merupakan tahap di mana homoseksualitas diambil sebagai jalan hidup. Tahap ini mungkin dapat diartikan bahwa telah terjadi kombinasi antara seksualitas dan emosi, dan mempunyai hubungan dengan pasangan tetap.

Daftar Pustaka

  • Nietzel, dkk. 1998. Abnormal Psychology. Boston: Allyn dan Bacon.
  • Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Grafindo Persada.
  • Santoso, Sulistiowati Budi. 2000. Tingkat Homoseksual pada Narapidana Ditinjau dari Lama Menjalani Pidana Penjara. Semarang: Unika Soegijapranata.
  • Kartono, Kartini. 1998. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung: Bandar Maju..
  • Coleman, dkk. 1980. Abnormal Psychology and Modern Life. Scoot: Foresman and Company.
  • Siahaan, M S Jokie. 2009. Perilaku Menyimpang Pendekatan Sosiolog. Jakarta: INDEKS.

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter

Iklan

Close x Iklan